Entri Populer

Jumat, 10 Februari 2012

Obat Ketika Merindukan Si Dia

Obat Ketika Merindukan Si Dia
 Tak   bisa   disangkal,   manusia   akan   selalu   bersentuhan   dengan   cinta.   Sementara   kecintaan memberikan buah kerinduan. Orang yang mencinta akan rindu kepada orang yang dicintainya. Kerinduan  kepada  kekasih,  seringkali  membekaskan  duka.  Karena  sudah  tahu  bahwa   pacaran bukanlah jalan yang halal untuk ditempuh, maka nikahlah satu-satunya yang jadi pilihan. Padahal si pria belum mampu memberi nafkah lahir. Wanita pun masih muda dan dituntut oleh orang tua untuk menyelesaikan  sekolah  atau  meraih  gelar.  Akhirnya,  karena  tidak  kesampaian  untuk  nikah,  maka pacaran  terselubung  sebagai  jalan  keluar  karena  tidak  kuat  menahan  rasa  rindu  pada  si  dia.  Lewat chatting, inbox FB atau sms jadi jalur alternatif. Inilah yang dialami pemuda masa kini. Mungkin juga dialami para aktivis dakwah. Agar dikira tidak melalui pacaran, maka sms dan chatting yang jadi pilihan. Seharusnya rasa rindu ini bisa dipendam dengan  melakukan  beberapa  kiat  yang  akan  kami  utarakan [1] Semoga  Allah  senantiasa  memberi taufik.
Terapi dari Rasa Rindu dengan Segera Nikah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 Wahai  para  pemuda,  barangsiapa  yang  memiliki  baa-ah,  maka  menikahlah.  Karena  itu  lebih  akan menundukkan  pandangan  dan  lebih  menjaga  kemaluan.  Barangsiapa  yang  belum  mampu,  maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”
Yang  dimaksud  dengan  syabab  (pemuda)  di  sini  adalah  siapa  saja  yang  belum  mencapai  usia  30 tahun. Inilah pendapat ulama-ulama Syafi’iyah. Secara  bahasa,  baa-ah  bermakna  jima’  (berhubungan  suami  istri).  Sedangkan  mengenai  makna baa’ah dalam hadits di atas terdapat ada dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna.
Pertama:  makna  baa-ah  adalah  sebagaimana  makna  secara  bahasa  yaitu  jima’.  Sehingga  makna hadits  adalah  barangsiapa  yang  mempunyai  kemampuan  untuk  berjima’  karena  mampu  memberi nafkah     nikah,     maka     menikahlah.     Barangsiapa     yang     tidak     mampu     berjima’     karena ketidakmampuannya  memberi  nafkah,  maka  hendaklah  ia  memperbanyak  puasa  untuk  menekan syahwatnya dan untuk menghilangkan angan-angan jeleknya.
Pendapat kedua: makna baa-ah adalah kemampuan memberi nafkah. Dimaknakan demikian karena konsekuensi   dari   seseorang   mampu   berjima’,   maka   tentu   ia   harus   mampu   memberi   nafkah. Sehingga  makna  hadits  adalah  barangsiapa  yang  telah  mampu  memberi  nafkah  nikah,  maka hendaklah   ia   menikah.   Barangsiapa   yang   tidak   mampu,   maka   berpuasalah   untuk   menekan syahwatnya.
Jadi  maksud  dari  dua  pendapat  ini  adalah  sama  yaitu  harus  punya  kemampuan  untuk  memberi nafkah.  Sehingga  inilah  yang  menjadi  syarat  seseorang  (khususnya  pria)  untuk  membina  rumah tangga  dengan  kekasih  pilihan,  yaitu  ia  memiliki  kemampuan untuk  memberi nafkah  keluarga. Hal ini yang banyak disalahpahami sebagian pemuda. Mereka ngebet minta nikah pada ortunya. Padahal sesuap nasi saja masih ngemis pada ortunya. Hanya Allah yang memberi taufik.
Dari    sini,    barangsiapa    yang    memiliki    kemampuan,    maka    segeralah    untuk    menikah    guna memadamkan rasa rindu yang ada. Menikah di sini tidak mesti dengan orang yang selalu dirindukan. Boleh  jadi,  juga  dengan  orang  lain.  Karena  nikah  telah  mencukupkan  segala  kebutuhan  jiwa  disamping dalam nikah akan ditemui banyak keberkahan. Jika memungkinkan menikah dengan orang yang dirindukan, maka menikahlah dengannya. Ini merupakan terapi manjur.
Berusaha untuk Ikhlas dalam Beribadah
Ikhlas adalah obat manjur penyakit rindu. Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah,  maka  Allah  akan  menolongnya  dari  penyakit  rindu  dengan  cara  yang  tak  pernah  terbetik  di hati  sebelumnya.  Cinta  pada  Allah  dan  nikmat  dalam  beribadah  akan  mengalahkan  cinta-cinta lainnya.
Syaikhul  Islam  Ibnu  Taimiyah  mengatakan,  “Sungguh,  jika  hati  telah  merasakan  manisnya  ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih  indah,  lebih  nikmat  dan  lebih  baik  daripada  Allah.  Manusia  tidak  akan  meninggalkan  sesuatu yang  dicintainya,  melainkan  setelah  memperoleh  kekasih  lain  yang  lebih  dicintainya.  Atau  karena adanya  sesuatu  yang  ditakutinya.  Cinta  yang  buruk  akan  bisa  dihilangkan  dengan  cinta  yang  baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.” Hati yang tidak ikhlas akan selalu diombang-ambingkan nafsu, keinginan, tuntutan serta cinta yang memabukkan.   Keadaannya   tak   beda   dengan   sepotong   ranting   yang   meliuk   ke   sana   kemari mengikuti arah angin.
Banyak Memohon pada Allah
Setiap  do’a  yang  kita  panjatkan  pasti  akan bermanfaat.  Boleh  jadi  do’a tersebut  segera  dikabulkan oleh  Allah.  Boleh  jadi  sebagai  simpanan  di  akhirat.  Boleh  jadi  dengan  do’a  kita  tadi,  Allah  akan menghilangkan kejelekan yang semisal.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah   seorang   muslim   memanjatkan   do’a   pada   Allah   selam   tidak   mengandung   dosa   dan memutuskan  silaturahmi  (antar  kerabat)  melainkan  Allah  akan  beri  padanya  tiga  hal:  [1]  Allah akan  segera  mengabulkan  do’anya,  [2]  Allah  akan  menyimpannya  baginya  di  akhirat  kelak,  dan  [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu  kami  akan  memperbanyak  berdo’a.”  Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  lantas  berkata, “Allahu akbar (Allah Maha besar).” Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo’a, merasakan
kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang  memohon  pada  Allah  agar  dilepaskan  dari  penyakit  rindu  dan  kasmaran  yang  terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Oleh karena itu, perbanyaklah do’a.
Memanage Pandangan
Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengan sepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran.  Namun  pandangan  yang  berulang-ulanglah  yang  merupakan  biang  kehancuran.  Oleh karena  itu,  Nabi  shallallahu  ‘alaihi  wa  sallam  memerintahkan  kita  untuk  menundukkan  pandangan agar hati ini tetap terjaga. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku.”
Mujahid mengatakan,
 Menundukkan  pandangan  dari  berbagai  hal  yang  diharamkan  oleh  Allah,  akan  menimbulkan  rasa cinta pada Allah.” Berarti menahan pandangan dari wanita yang bukan mahrom akan menimbulkan rasa  cinta  pada  Allah.  Menundukkan  pandangan  yang  dimaksud  di  sini  ada  dua  macam  yaitu memandang aurat sesama jenis dan memandang wanita yang bukan mahram.
Tiga faedah dari menundukkan pandangan telah disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Pertama:  Akan  merasakan  manis  dan  lezatnya  iman.  Barangsiapa  meninggalkan  sesuatu  karena Allah, Dia akan memberi ganti dengan yang lebih baik.
Kedua: Akan memberi cahaya pada hati dan akan memiliki firasat yang begitu cemerlang.
Ketiga: Akan lebih menguatkan hati.
Lebih Giat Menyibukkan Diri
Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan  memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Oleh karena itu, untuk memangkas kerinduan seseorang hendaknya menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat baik untuk dunia atau akhirat. Hakikat dari rasa rindu adalah kesibukan hati yang  kosong.  Di  kala  sepi  sendiri,  tanpa  aktivitas  muncullah  bayangan  sang  kekasih,  wajah,  gerak-gerik,  dan  segala  yang  berkaitan  dengannya.  Seluruhnya  hanya  sekedar  bayangan  dan  khayalan yang berakhir dengan kesedihan diri. Tiada manfaatnya sedikit pun bagi kehidupan kita.
Ibnul Qayyim menyebutkan nasehat seorang sufi yang ditujukan pada Imam Asy Syafi’i. Ia berkata, “Jika  dirimu  tidak  tersibukkan  dengan  hal-hal  yang  baik  (haq),  pasti  akan  tersibukkan  dengan  hal-hal yang sia-sia (batil).”
Menghindari Nyanyian dan Film Percintaan
Nyanyian  dan  film-film  percintaan  memiliki  andil  besar  untuk  mengobarkan  kerinduan  pada  orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut  dikemas dengan  mengharu  biru, mendayu-dayu tentu akan  menggetarkan  hati  orang  yang  sedang  ditimpa  kerinduan.  Akibatnya  rasa  rindu  kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila  demikian,  sudah  layak  jika  nyanyian  dan  tontonan  seperti  ini  dan  secara  umum  ditinggalkan. Demi   keselamatan   dan   kejernihan   hati.   Sehingga   sempat   diungkapkan   oleh   beberapa   ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu   Mas’ud   mengatakan,   “Nyanyian   menumbuhkan   kemunafikan   dalam   hati   sebagaimana   air menumbuhkan sayuran.”
Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina.”
Adh  Dhohak  mengatakan,  “Nyanyian  itu  akan  merusak  hati  dan  akan  mendatangkan  kemurkaan Allah.”
Imam Asy Syafi’i berkata, “Nyanyian adalah suatu hal yang sia-sia yang tidak kusukai karena nyanyian itu   adalah  seperti  kebatilan.  Siapa  saja  yang  sudah  kecanduan   mendengarkan   nyanyian,  maka persaksiannya tertolak.”
Bayangkan Kekurangan Si Dia
Ingatlah  selalu,  orang  yang  engkau  rindukan  bukanlah  pribadi  yang  sempurna.  Ia  sangat  banyak kekurangan,  sehingga  tidak  layak  untuk  dipuja,  disanjung  atau  senantiasa  dirindukan.  Orang  yang dirindukan sebenarnya tidak seperti yang dikhayalkan dalam lamuman.
Ibnul Jauzi berkata, “Sesungguhnya manusia itu penuh dengan najis dan kotoran. Sementara orang yang  dimabuk  cinta  senantiasa  melihat  kekasihnya  dalam  keadaan  sempurna.  Disebabkan  cinta  ia tidak lagi melihat adanya aib.”
Kita bisa menghukumi sesuatu dengan timbangan keadilan sedangkan orang yang sedang kasmaran tengah  dikuasai  oleh  hawa  nafsunya  sehingga  tak  dapat  bersikap  dengan  adil.  Kecintaannya menutupi seluruh aib yang dimiliki oleh pasangannya.
Para ahli hikmah berkata, “Mata yang diliputi oleh hawa nafsu akan menjadi buta.”
Semoga  Allah  memberi  taufik.  Segala  puji  bagi  Allah  yang  dengan  nikmat-Nya  segala  kebaikan menjadi sempurna.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar